Jumat, 07 Februari 2020

SEJARAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SEJARAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Selamat malam..

Saya Pebrivana Sherly Parahita Seno NIM C0919040, mahasiswa UNSFakultas Seni Rupa dan Desain prodi Kriya Tekstil ingin membagikan sedikit informasi tentang sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
UNS saat ini memiliki 11 fakultas, antara lain Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Fakultas Keolahragaan (FKOR). Setiap fakultas memiliki jumlah prodi yang berbeda - beda. 

Demikian sejarah berdirinya Universitas Sebelas Maret Surakarta. UNS sendiri dapat dirunut jejaknya dari 1950-an. Pada masa itu, Solo telah memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah universitas negeri sendiri, mengingat kota lain telah memiliki universitas yang umurnya bahkan telah mencapai puluhan tahun. Namun, akibat perang, penyatuan pemerintahan, kekeruhan arus politik, ekonomi rakyat rusak, dan lain-lainnya, universitas negeri di Solo belum dapat diwujudkan.
Pada 1953, setelah semua kekacauan berakhir, timbul keinginan mewujudkan universitas itu kembali. Hal ini mengingat Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa asli, serta terdapat potensi yang besar di lapangan perguruan, baik tenaga pengajar dan siswanya. Panitia pendirian universitaspun dibentuk, dengan ketua Mohammad Saleh, Wali Kota Solo saat itu. Hanya saja, usaha ini gagal sebelum sempat dimulai.
Penyebabnya adalah tidak adanya sumber keuangan baik dari pemerintah daerah dan pusat, timbulnya keinginan sementara golongan untuk mendirikan universitas swasta secara sendiri-sendiri, dan kurang mendapat simpati beberapa orang dari Universitas Gajah Mada. Adanya hambatan dan pembangunan yang sedang dilakukan di Kota Solo membuat gagasan pendirian itupun lenyap. Hal itu ditambah pula dengan kegaduhan politik antarpartai yang berebut kekuasaan di pemerintahan.
Sepuluh tahun kemudian, pada 1963, mendadak muncul Universitas Kota Praja Surakarta (UPKS). Universitas ini diinisiasi oleh pemerintah daerah kala itu, yang dipimpin oleh Utomo Ramelan. Di masa ini pula, Partai Komunis tengah tumbuh dengan baik. Berbagai lini kehidupan juga terpengaruh keadaan itu. Begitu pula dengan UPKS, ilmu tentang sosialisme berkembang di dunia pendidikan universitas. Umur universitas ini juga tidak lama. Saat peristiwa G30 S pecah di Indonesia, universitas ini pun akhirnya terkubur karena semua hal yang berbau sosialisme/komunisme kemudian dilarang. Sebelas Maret jam 10.00 pagi, dengan dibacanya Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang pembukaan “Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret”, maka Universitas Sebelas Maret (UNS) resmi berdiri sebagai Perguruan Tinggi Negeri di Solo. Pemandangan yang meriah meramaikan peresmian universitas negeri yang telah ditunggu kelahirannya sejak lama itu. Cikal bakal UNS sendiri dapat dirunut jejaknya dari 1950-an.
Pada masa itu, Solo telah memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah universitas negeri sendiri, mengingat kota lain telah memiliki universitas yang umurnya bahkan telah mencapai puluhan tahun. Namun, akibat perang, penyatuan pemerintahan, kekeruhan arus politik, ekonomi rakyat rusak, dan lain-lainnya, universitas negeri di Solo belum dapat diwujudkan.
Pada 1953, setelah semua kekacauan berakhir, timbul keinginan mewujudkan universitas itu kembali. Hal ini mengingat Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa asli, serta terdapat potensi yang besar di lapangan perguruan, baik tenaga pengajar dan siswanya. Panitia pendirian universitaspun dibentuk, dengan ketua Mohammad Saleh, Wali Kota Solo saat itu. Hanya saja, usaha ini gagal sebelum sempat dimulai.
Penyebabnya adalah tidak adanya sumber keuangan baik dari pemerintah daerah dan pusat, timbulnya keinginan sementara golongan untuk mendirikan universitas swasta secara sendiri-sendiri, dan kurang mendapat simpati beberapa orang dari Universitas Gajah Mada. Adanya hambatan dan pembangunan yang sedang dilakukan di Kota Solo membuat gagasan pendirian itupun lenyap. Hal itu ditambah pula dengan kegaduhan politik antarpartai yang berebut kekuasaan di pemerintahan.
Sepuluh tahun kemudian, pada 1963, mendadak muncul Universitas Kota Praja Surakarta (UPKS). Universitas ini diinisiasi oleh pemerintah daerah kala itu, yang dipimpin oleh Utomo Ramelan. Di masa ini pula, Partai Komunis tengah tumbuh dengan baik. Berbagai lini kehidupan juga terpengaruh keadaan itu. Begitu pula dengan UPKS, ilmu tentang sosialisme berkembang di dunia pendidikan universitas. Umur universitas ini juga tidak lama. Saat peristiwa G30 S pecah di Indonesia, universitas ini pun akhirnya terkubur karena semua hal yang berbau sosialisme/komunisme kemudian dilarang.
Selanjutnya, UGS akan digabung dengan perguruan tinggi negeri dan swasta lain untuk membentuk universitas negeri di Solo. Perguruan tinggi tersebut adalah: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri, Sekolah Tinggi Olahraga, Akademi Administrasi Niaga Negeri yang sudah diintegrasikan ke Akademi Administrasi Niaga Negeri di Yogyakarta, Universitas Gabungan Surakarta, Fakultas Kedokteran P. T. P. N. Veteran cabang Surakarta. Universitas tersebut terdiri atas 9 fakultas, yaitu: Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastera Budaya, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian serta Fakultas Teknik.
Dengan tuntasnya persiapan, akhirnya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret resmi berdiri pada 11 Maret 1976. Sejak tahun 1977, UNS memiliki kampus induk terpadu di Kentingan, Jebres, Surakarta seluas + 60 ha yang diperoleh dari Walikota Surakarta melalui Surat Keputusan Walikota Surakarta tanggal 18 Oktober 1976 nomor 238/Kep/T3/1976. Dalam perkembangannya, pada tahun 1982 nama dan singkatan Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret Surakarta (UNS Sebelas Maret), ditetapkan menjadi Universitas Sebelas Maret yang disingkat UNS. Perubahan nama dan singkatan ini diresmikan dengan Keputusan Presiden RI No. 55 Tahun 1982.

Minggu, 01 Maret 2015

TODAY NEWS





Rawan begal, polisi bekuk para penjual blok mesin ilegal di Depok
 
Merdeka.com -
Polisi kemarin melakukan razia onderdil bekas sepeda motor di kawasan Kota Depok, Jawa Barat, menyusul rentetan peristiwa pembegalan di kawasan tersebut. Hasilnya, belasan blok mesin ilegal ditemukan.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Indra Siregar, yang memimpin operasi, mengatakan sasaran tindakan pihaknya adalah lokasi penjualan onderdil bekas di sepanjang jalan UI ke Mako Brimob. Sebanyak 92 personel polisi diterjunkan dalam operasi ini.

"Seluruh barang bukti diamankan di Polres Jaksel bersama 7 orang, 5 orang pemilik kios dan 2 orang pemilik kendaraan roda dua yang diduga hasil kejahatan," ujar Indra, Senin (2/3).

Berikut rincian hasil operasi:

A. Pukul 14.00 Wib : Jl Komjen Pol M Yasin Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa (arah Mako Brimob Depok) : 30 kios onderdil dilaksanakan pemeriksaan, yakni:

1) Kios milik Sofyan, diamankan sebagai berikut:
- Rangka motor dengan nomor MHIHA 000 RR K064218, 4 blok mesin (2 blok mesin warna silver dan 2 blok mesin warna hitam).

2) Kios milik Sumarna, diamankan sebagai berikut:
- 7 (tujuh) blok mesin
- 2 (dua) arm/lengan ayun
- 2 (dua) shock depan

3) Kios milik Asep Sopyan, sebagai berikut:
- 1 (satu) Blok kopling Shogun'97
- 1 (satu) Blok Seher Mio
- 3 (tiga) Buli Mio
- 2 (dua) Blok seher Grand
- 1 (satu) Karbu King lokal
- 1 (satu) Lampu sign Mio kiri kanan

4) Kios milik Hendi Susandi, sebagai berikut:
- 1 (satu) bak kopling Honda Grand.
- 1 (satu) bak magnet Jupiter.
- 5 (lima) dinamo starter Grand.

5) Kios milik Irfan Wahyudin Syarif, sebagai berikut:
- 1 (satu) silinder head Spin.
- 1 (satu) Magnet.
- 1 (satu) blok CPT Spin.
- 1 (satu) kipas Spin.

B. Pukul 15.00 wib: di Ruko Jl Raya Lenteng Agung, Jagakarsa diamankan sebagai berikut:
- 1 (satu) Mio warna putih Nopol B-6682-SHO milik Weliyantoro. Diamankan karena nomor mesin tidak ada.
- 1 (satu) Mio warna merah Nopol B-6306-PVP, milik Ucuk Samsi. Diamankan karena motor Mio namun mesinnya Nouvo.




OPINI :
Akhir-akhir ini saya mendengar adanya berita begal motor di Jakarta. Hal ini membuat saya khawatir walaupun saya tidak tinggal di Jakarta. Begal motor ini sangat merugikan masyarakat di Jakarta, karena pasti para penumpang motor akan merasa takut.
          Kemarin sore saya mendengar budhe saya bercerita, katanya di Jakarta ada 2 orang yang sedang berboncengan naik motor, laki dan perempuan. Lalu tiba-tiba ada pembegal yang mengancam perempuan yang membonceng, laki dan perempuan itu lalu jatuh dari motor, dan si pembegalpun terjatuh dijalan lalu sipembegal tertabrak colt.
          Dari kejadian tersebut saya berharap polisi secepatnya untuk terus menyelidiki dan menangkap para pembegal agar kejahatan tidak terus merajalela dan supaya orang-orang di Jakarta tidak merasa ketakutan/khawatir.
          Dan saya juga berharap kepada para pembegal untuk cepat sadar dan bertaubat, karena perilaku yang mereka lakukan itu sangat merugikan dan juga merupakan dosa.